suria

Rendra minta kukunya dipotong, dimandikan sebelum 'pergi'

SEOLAH sudah tahu, dia akan pergi untuk selamanya, W.S Rendra meminta agar kukunya dipotong dan dibersihkan.

"Dua minggu yang lalu kita ngobrol dan dia merasa dipenjara, tetapi ya..sudah waktunya," cerita Poppy, sahabat karib Rendra ketika diwawancara di rumah Rendra di Depok, Jawa Barat, Jumaat lalu.

Poppy yang aktif bersama Rendra di perguruan Bangau Putih seperti merasakan keganjilan akan ditinggalkan "Si Burung Merak".

"Kita sama dari Bangau Putih, kita memiliki rasa kekeluargaan," akui Poppy.

"Sepertinya beliau memang sudah siap-siap dan meminta dipotongkan kuku sambil bergurau," sambungnya.

Bagi Poppy, Rendra seorang yang memiliki ilmu yang tinggi dan ilmu kebudayaan seolah sudah mengetahui ajalnya akan tiba.

"Di Bangau Putih, kita menganggap mati itu adalah sesuatu yang sudah dipersiapkan," tutur Poppy.

Permintaan Rendra ingin sekali pulang ke rumahnya sewaktu dirawat terakhir kali di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading beberapa hari lalu. Keinginan itu menjadi lebih tebal apabila doktor membolehkan dia pulang.

Ketika diiizinkan pulang, Rendra dirawat di kediaman putrinya, Clara Sinta, atau yang akrab dipanggil Auk, di Kompleks Pesona Depok Blok AV/5, Depok.

Di rumah inilah, ajal menjemput Rendra.

"Meninggalnya ditunggui putrinya ketika minta minum dan makan, tiba-tiba menghilang saja. Tidak ada raungan, kesakitan. Meninggal dengan tenang dan dengan baik. Ini jalan terbaik baginya," tutur rekan seperjuangan Rendra, Eros Djarot.

RENDRA MINTA DIMANDIKAN DAN MAKAN SEBELUM AJAL

Sebelum ajal menjemput penyair terkenal WS Rendra, arwah sempat bergurau dengan putra sulungnya, Theodorus Setya Nugraha.

"Dia nampak gembira. Selepas cuci darah, bapak nampak sihat meskipun sempat muntah-muntah, bapak tidak suruh berhenti," ujar Thedorus di kediamannya Pesona Khayangan Depok II, Depok, Jawa Barat, Jumaat lalu.

Menurut Theodorus, sepulangnya dari cuci darah di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, arwah sempat bersenda.

"Bapak bilang mau makan makanan Jepang, malah minta pakai sake," cerita Theodorus.

"Gimana toh makanan Jepang kok enggak pakai sake," tambahnya sambil mencontohkan ucapan Rendra.

Namun, siapa sangka jika permintaan itu adalah kali terakhir Rendra meminta makanan kesukaannya.

Menjelang maghrib, Rendra sekali lagi meminta sesuatu kepada Theodorus. Dia meminta untuk dimandikan.

Lantas, Theodorus memasak air untuk keperluan mandi Rendra.

"Bapak minta mandi selepas Maghrib, sudah itu terus minta makan dan saya bikinkan bubur dari beras merah," tutur Theodorus, 50 tahun.

"Bapak minta disuap. Ternyata dia terus muntah dan disitulah akhir sakaratul mautnya," tambahnya dengan nada berat.

AMANAT TERAKHIR RENDRA

Sebelum meninggal, WS Rendra sempat keluh kesah tentang apa yang sedang menganggu ketenangan fikirannya ketika itu.

Menurut Theodoros, ayahnya menaliponnya ketika dia di Bali.

"Bapak telepon saya dan mengeluh. Dia memberikan kritik tentang pola kehidupan saya," tutur Theodorus yang akrab disapa Tedi.

Kata Tedi lagi, ayahnya sempat meninggalkan sebuah wasiat tak hanya secara lisan, tetapi juga tulisan.

"Wasiat itu bentuknya lisan tapi saya belum bisa ungkapkan apa itu, karena saya harus bicarakan dulu dengan keluarga. Tapi secara tulisan dia membuat puisi ketika dalam keadaan sakit untuk membuktikan kalau orang sakit itu masih bisa berpikir dengan jernih," ungkap Tedi.

Selain wasiat dalam bentuk tulisan, Rendra mempunyai keinginan yang belum dicapai olehnya.

"Terakhir dia lebih tertarik dengan alam, beliau ingin membuat hutan yang bernama 'Hutan Rendra'. Kalau ini bentuk wasiat, saya akan menjaganya dengan baik," kenang Tedi.

WS Rendra menghembuskan nafasnya yang terakhir pada pukul 10.10 malam di RS Mitra Keluarga Depok, Jawa Barat, Khamis, 7 Ogos.

PUISI TERAKHIR RENDRA

Meski badannya lemah dan kaku di pembaringan kerana uzur, WS Rendra ternyata masih sempat menciptakan puisi, yang menjadi puisi terakhirnya.

Menurut sumber di keluarganya, pada saat "Si Burung Merak" ini dirawat di RS Mitra Keluarga pada 31 Julai 2009 lalu, ia menciptakan puisi terakhirnya yang bercerita tentang Ketuhanan.

Pada baris akhir puisi yang belum sempat diberi judul itu, Rendra mencantumkan "Tuhan aku cinta pada-Mu."

Pada saat itu Rendra hanya menyebutkan lirik-liriknya, sementara adiknya, Adi Kurdi, menuliskan kata-kata yang disebutkan Rendra itu.

Inilah lirik puisi itu:

Aku lemas Tapi berdaya Aku tidak sambat rasa sakit atau gatal Aku pengin makan tajin Aku tidak pernah sesak nafas Tapi tubuhku tidak memuaskan untuk punya posisi yang ideal dan wajar Aku pengin membersihkan tubuhku dari racun kimiawi Aku ingin kembali pada jalan alam Aku ingin meningkatkan pengabdian kepada Allah Tuhan, aku cinta padamu

Tapi berdaya

Aku tidak sambat rasa sakit

atau gatal

Aku pengin makan tajin

Aku tidak pernah sesak nafas

Tapi tubuhku tidak memuaskan

untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku

dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam

Aku ingin meningkatkan pengabdian

kepada Allah

Artikel Berikut

Artikel Lain